Tapi apa yang dilakukan Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto di tanggal itu? Ia berada di Palembang menggalang dukungan massa untuk kader yang diusung Gerindra di Pilkada minggu depan yakni pasangan Cagub Aswari-Irwansyah dalam Pilgub Sumsel. Bukannya mengucapkan selamat ulang tahun atau menyebutkan harapan untuk Presiden Jokowi dan Indonesia ke depannya, ia malah melontarkan tuduhan yang keji.
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menilai biaya pembangunan light rail transit (LRT) di Indonesia sangat mahal. Menurutnya berdasarkan riset indeks pembangunan LRT di dunia, biaya pembangunan untuk LRT hanya berkisar USD 8 juta/KM. Sedangkan di Palembang, yang memiliki panjang lintasan 23,4 km, biayanya hampir Rp 12,5 triliun atau USD 40 juta/KM.
"Coba bayangkan saja berapa mark up yang dilakukan pemerintah untuk 1 km pembangunan LRT. Jika 8 juta dolar itu saja udah mendapatkan untung, apalagi kalau 40 juta dolar," kata Prabowo saat sambutan dalam acara silaturahmi kader di Hotel Grand Rajawali, Palembang, Kamis (21/6/2018).
Ia juga mengaku mengaku tidak habis pikir atas tingginya biaya pembangunan LRT di Indonesia (khususnya di Palembang). Biaya itu sangat berbanding terbalik, meskipun semua material didapat di Indonesia. "Padahal material bangunan dibuatnya di Indonesia, tapi kenapa bisa mahal begitu ya. Seharusnya itu bisa digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan gizi anak di Indonesia," kata Prabowo dengan percaya diri.
Menjawab Tudingan Prabowo
Padahal jauh hari sebelum Prabowo mengoceh, pada tanggal 24 Mei 2017 saat Menteri Keuangan Sri Mulyani meninjau proyek pembangunan LRT Palembang, beliau sudah memaparkan estimasi biayanya ke publik dengan gamblang.
"LRT yang tadinya diperkirakan menelan biaya lebih dari Rp 12 triliun, sesudah di-review, sekarang turun menjadi Rp 10,9 triliun. Dengan jarak sekitar 24,5 km, 13 stasiun, diperkirakan akan membuat kota Palembang menjadi kota yang semakin bergairah," kata Sri Mulyani kala itu.
Bagaimana Skema Pembayarannya?
Awalnya akan dibebankan kepada Waskita Karya selaku kontraktor proyek dalam bentuk biaya talangan dan akan diganti oleh pemerintah secara bertahap lewat APBN hingga 2020.
"Jadi kira-kira akan empat tahun. Mulai dari 2016, sudah mulai dengan biaya yang relatif masih sedikit Rp 350 miliar, tahun ini akan kita masukkan Rp 1,2 triliun, tahun depan Rp 4 triliun, dan dari total Rp 10,9, sebagian besar mungkin akan terselesaikan di 2018, dan sebagian sangat kecil dituntaskan tahun 2020," papar Sri Mulyani lagi.
Tanggapan dari Kepala Proyek LRT Palembang
Sementara Kepala Proyek LRT Palembang, Mashudi Jauhar mengaku biaya pembangunan LRT di Palembang sebenarnya sudah sesuai dengan harga pasar mengingat konstruksi LRT yang diterapkan di Palembang merupakan konstruksi layang yang membutuhkan biaya tinggi.
"Ya, apa yang mau ditanggapi? Wong datanya juga nggak dijelaskan dari mana? Dan apa bisa disamakan dengan Palembang yang dimaksudkan?" tutur Mashudi, Kamis (21/6/2018). Dia justru penasaran, di mana ada LRT di dunia yang biaya pembangunannya hanya US$ 8 juta/km atau Rp 112 miliar/km (kurs Rp 14.000/US$).
"Kalau boleh tahu di mana? Kayaknya perlu ditanyakan itu. Kalau di ASEAN, (konstruksi LRT) sudah di atas atau elevated. Jadi harusnya pasti akan jauh lebih tinggi biayanya," sebutnya lagi.
Sebagai data pembanding ia menambahkan, "Di Malaysia, (rute) Kelana Jaya-Ampang 7,2 miliar Yen/km (US$ 65,52 juta/km). Manila, LRT Fase 1 extension, 8,2 miliar Yen/km (US$ 74,6 juta/km)," beber dia.
Kesimpulan
Mari kita minta Prabowo utk membuka data-datanya, kalau memang beliau memiliki bukti yang kuat untuk menuduh pemerintah melakukan mark-up dan mengaku prihatin uang rakyat digunakan untuk pembangunan LRT di Palembang yang belum jelas manfaatnya. Menurut beliau lho ya.
Tentunya kita semua warga negara Indonesia yang cinta dan percaya bahwa Hukum adalah Panglima Tertinggi di Bumi Pertiwi ini akan mendukung upaya beliau melaporkan kasus korupsi dugaan mark-up ini. Kita juga tidak rela kalau uang pajak kita yang dibayarkan dengan susah payah hanya dipergunakan untuk membayar gaji buta, atau dikorupsi oleh para elit politik.
Asal tuduhan ini berdasar, ada bukti hitam di atas putih dan siap divalidasi oleh pihak yang berwenang. Kalau ini hanya sesumbar belaka ibarat pepatah “Tong Pekok Nyaring Bunyinya”, maka bersiaplah jangan sampai ada yang dilaporkan balik karena pasal pencemaran nama baik lho. Saya hanya mengingatkan…
#HBD57okowi
#JokowiKerjaPakaiHati
Oleh: Retha Putri
Referensi:
Source : https://seword.com/politik/tudingan-prabowo-soal-markup-proyek-lrt-palembang-mana-datanya-r1kZY15Z7

No comments:
Post a Comment